Imajinasi ditantang batas-batas. Konon di atas langit ada langit. Katanya tiada dinding yang kebal aliran kata. Semua bisa ditembus, bisa dipersilakan bertekuk lutut. Lumat dalam khayal tanpa garis batas. Begitulah kumpulan cerpen ini bergerak. Iya, bergerak. Setiap cerita punya lagak-lagu yang berbeda. Tapi semuanya bicara dalam satu bahasa: bahasa imajinasi.
Kita seperti diajak masuk dalam dunia nyata. Bicara dengan bahasa manusia. Berpikir seperti orang normal. Hah, tertipu. Saya menikmati setiap ceritanya. Setengah harap-harap cemas, saya akan dibawa ke mana oleh penulisnya. Dijamin, setiap cerita menawarkan pengembaraan imajinasi nan menyenangkan. Ada yang membuat bergidik, ada pula yang membuat leher tercekat dada tercubit dan air mata pada akhirnya menyerah jatuh.
Tak hanya itu kekuatan kumpulan cerpen ini. Mereka juga mempersembahkan halaman berisi kumpulan fiksimini. Kumpulan fiksi dengan tema, tiap cerita hanya dipresentasi dalam 140 karakter. Setiap katanya harus kuat, dan pesan tiba dengan selamat,. Indah, juga menampar.
Saya terkesan dengan buku ini. Letakkan di samping bantal, bacalah satu cerita sebelum tidur. Selamat mengembara! Dan percaya bahwa kita tak pernah dan tidak akan pernah tahu batas imajinasi.
(Majalah More Indonesia, September 2013)